Stunting pada Anak
Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.
Menurut data yang dilansir WHO, 178 juta anak di bawah lima tahun mengalami stunted. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia sendiri mencatat 37,2 persen balita di Indonesia memiliki postur tubuh pendek. Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Indonesia, angka kejadian (prevalensi) balita pendek menurut umur(stunting) dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan angka 37,2 persen.
Balita yang stunting sangat dipengaruhi oleh 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yakni selama dalam kandungan dan kehidupan bawah dua tahun (baduta). Dari studi longitudinal (kohor) di Bogor, Jawa Barat, menunjukkan bahwa bayi yang lahir memiliki berat badannya kurang dari 2,5 kilogram dan panjang badan lahir kurang dari 48 sentimeter (cm) maka akan sulit untuk mengejar berat badan normal dan panjang badan normal. Dengan kata lain, kekurangan gizi semasa kandungan akan sangat berpengaruh terhadap kejadian stunting.
Berdasarkan hasil studi diet total menunjukkan bahwa kejadian Kurang Asupan Energi pada Ibu Hamil dengan batasan di bawah 70 persen Angka Kecukupan Kalori adalah di atas 50 persen. Tepatnya, untuk Ibu Hamil pedesaan 52,9 persen, sementara ibu hamil perkotaan sebesar 51,5 persen. Angka kurang asupan energi pada ibu hamil ini tentunya sesuai dengan angka tingginya stunting pada balita di Indonesia, yaitu 37,2 persen.
Selain akibat kekurangan asupan energi pada saat masa kehamilan, kejadian stunting pada anak juga dapat dipengaruhi oleh paparan pestisida yang diterima oleh ibu hamil ketika masa kehamilan. Beberapa jenis pestisida dikenal sebagai thyroid disrupting chemicals (TDCs), yaitu bahan kimia di lingkungan yang dapat mengganggu struktur dan fungsi kelenjar tiroid, mengganggu sintesis, sekresi, transpor, pengikatan dan eliminasi hormon tiroid, yang berdampak terjadinya hipotiroidisme.
Hipotiroidisme pada ibu hamil menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh-kembang janin/anak yang dilahirkannya dan diduga merupakan penyebab utama terjadinya peningkatan kasus anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau autisme. Penelitian di Belanda membuktikan bahwa anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita hipotiroidisme mempunyai skor tumbuh-kembang lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Pada bayi/anak, hipotiroidisme menyebabkan gangguan kecedasan dan menurunnya kemampuan akademik mereka
Menurut data yang dilansir WHO, 178 juta anak di bawah lima tahun mengalami stunted. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia sendiri mencatat 37,2 persen balita di Indonesia memiliki postur tubuh pendek. Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Indonesia, angka kejadian (prevalensi) balita pendek menurut umur(stunting) dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan angka 37,2 persen.
Balita yang stunting sangat dipengaruhi oleh 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yakni selama dalam kandungan dan kehidupan bawah dua tahun (baduta). Dari studi longitudinal (kohor) di Bogor, Jawa Barat, menunjukkan bahwa bayi yang lahir memiliki berat badannya kurang dari 2,5 kilogram dan panjang badan lahir kurang dari 48 sentimeter (cm) maka akan sulit untuk mengejar berat badan normal dan panjang badan normal. Dengan kata lain, kekurangan gizi semasa kandungan akan sangat berpengaruh terhadap kejadian stunting.
Berdasarkan hasil studi diet total menunjukkan bahwa kejadian Kurang Asupan Energi pada Ibu Hamil dengan batasan di bawah 70 persen Angka Kecukupan Kalori adalah di atas 50 persen. Tepatnya, untuk Ibu Hamil pedesaan 52,9 persen, sementara ibu hamil perkotaan sebesar 51,5 persen. Angka kurang asupan energi pada ibu hamil ini tentunya sesuai dengan angka tingginya stunting pada balita di Indonesia, yaitu 37,2 persen.
Selain akibat kekurangan asupan energi pada saat masa kehamilan, kejadian stunting pada anak juga dapat dipengaruhi oleh paparan pestisida yang diterima oleh ibu hamil ketika masa kehamilan. Beberapa jenis pestisida dikenal sebagai thyroid disrupting chemicals (TDCs), yaitu bahan kimia di lingkungan yang dapat mengganggu struktur dan fungsi kelenjar tiroid, mengganggu sintesis, sekresi, transpor, pengikatan dan eliminasi hormon tiroid, yang berdampak terjadinya hipotiroidisme.
Hipotiroidisme pada ibu hamil menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh-kembang janin/anak yang dilahirkannya dan diduga merupakan penyebab utama terjadinya peningkatan kasus anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau autisme. Penelitian di Belanda membuktikan bahwa anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita hipotiroidisme mempunyai skor tumbuh-kembang lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Pada bayi/anak, hipotiroidisme menyebabkan gangguan kecedasan dan menurunnya kemampuan akademik mereka
Komentar
Posting Komentar